Advertisement
Faktanya | Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6 juta
di antaranya meninggal dunia. Di Indonesia revalensi tumor/kanker adalah
4,3 per 1000 penduduk. Kanker menjadi penyebab kematian ketujuh di
Indonesia.
Yang lebih memprihatinkan, angka penderita kanker meningkat seiring
perubahan gaya hidup di negara-negara berkembang salah satunya di
negara kita tercinta ini gan. Berikut dikutip dari
berjambang.blogspot.com pemicunya adalah 10 makanan berikut ini.
1. Makanan Rekayasa Genetik
Makanan rekayasa genetik (genetically-modified organisms, GMO) dan
zat kimia yang digunakan untuk memproduksinya terbukti mempercepat
pertumbuhan tumor. Anda bisa menghindarinya dengan menyantap makanan
bersertifikat organik, non-GMO, dan produk pangan lokal yang dihasilkan
secara alami.
2. Daging Olahan
Kebanyakan daging olahan seperti sosis dan kornet mengandung
pengawet kimiawi yang membuatnya tampak segar dan menarik, namun memicu
kanker. Sodium nitrit dan sodium nitrat berkaitan dengan meningkatnya
risiko kanker usus besar dan jenis kanker lain secara signifikan.
Pastikan Anda memilih produk daging yang dibuat tanpa kedua zat
tersebut. Akan lebih baik lagi jika dagingnya berasal dari hewan
pengonsumsi rumput, bukan padi-padian.
3. Popcorn Microwave
Kantung pembungkus popcorn yang dimatangkan dengan microwave oven
dilapisi perfluorooctanoic acid (PFOA). Menurut Environmental Protection
Agency (EPA) Amerika Serikat, zat kimia ini bisa menyebabkan kanker
hati, testis, dan pankreas serta kemandulan. Selain itu, kandungan
diacetyl dalam popcorn juga berkaitan dengan kanker paru-paru.
4. Soda
Minuman bersoda yang tinggi gula, zat kimia, dan pewarna membuat
tubuh menjadi asam dan memberi makan sel-sel kanker. Zat pewarna yang
umum digunakan seperti pewarna karamel dan zat turunannya,
4-methylimidazole (4-MI), juga bisa memicu kanker.
5. Makanan Diet
Makanan diet baik untuk kesehatan? Belum tentu. Di dalamnya banyak
terkandung pemanis buatan seperti aspartam, sukralosa, sakarin, dll.
Menurut European Food Safety Authority (EFSA), alternatif gula ini dapat
menyebabkan cacat lahir dan kanker.
6. Tepung yang Dimurnikan
Tepung putih atau tepung yang sudah dimurnikan merupakan bahan baku
yang mudah dijumpai di mana-mana. Namun, sebuah studi yang dimuat di
jurnal Cancer Epidemiology menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat yang
dimurnikan secara rutin berkaitan dengan peningkatan risiko kanker
payudara sebanyak 220% pada wanita. Makanan tinggi indeks glikemik (GI)
juga dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat sehingga memicu
pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker.
7. Gula yang Dimurnikan
Tak hanya pengawet buatan, gula yang dimurnikan seperti sirup
jagung tinggi fruktosa juga mendorong pertumbuhan sel kanker. Jenis
pemanis ini cenderung menaikkan kadar insulin dengan cepat, sehingga sel
kanker dengan mudah dan cepat memetabolisirnya untuk berkembang biak.
Sirup jagung tinggi fruktosa banyak terdapat pada cookies, cake, soda,
jus, saus, dan sereal.
8. Buah – Buahan Yang terkena Pestisida
Apel, anggur, dan strawberry bisa menyebabkan kanker karena
pestisidanya. Environmental Working Group (EWG) menemukan bahwa 98%
hasil panen konvensional terkontaminasi pestisida penyebab kanker.
Sebisa mungkin, belilah produk organik atau yang bebas pestisida.
9. Salmon Ternak
Salmon sering disebut sebagai salah satu ikan yang memiliki banyak
manfaat kesehatan. Namun, menurut Dr. David Carpenter dari University of
Albany, Amerika Serikat, salmon ternak merupakan salah satu makanan
yang berisiko tinggi memicu kanker. Salmon ini tak hanya mengandung
vitamin D lebih sedikit, tapi juga sering tercemar zat kimia
karsinogenik, PCB (polychlorinated biphenyl), flame retardant,
pestisida, dan antibiotik.
10. Minyak Terhidrogenasi
Minyak terhidrogenasi umum digunakan untuk mengawetkan makanan
olahan. Namun, minyak jenis ini mengubah struktur dan fleksibilitas
membran sel di seluruh tubuh yang bisa menyebabkan sejumlah penyakit
seperti kanker. Beberapa produsen mulai menghapuskan penggunaan minyak
terhidrogenasi dan menggantinya dengan alternatif yang lebih aman
seperti minyak sawit. Meski demikian, lemak trans masih digunakan secara
luas pada makanan olahan.
Advertisement